Rabu, 26 Februari 2014

Hindari Daging Babi

  • Foto
    Hindari Daging Babi

    Bagi umat Islam, memakan produk
    pangan asal hewan (PPAH) babi
    adalah sebuah kemaksiatan. Jadi,
    termasuk diwajibkan untuk tidak
    sedikit pun ‘menyentuhnya’.

    Dulu argumen para ilmuwan
    menyatakan bahwa kemungkinan
    salah satu penyebab
    pengharaman itu adalah
    dikarenakan adanya cacing pita
    yang bersemayam dalam daging
    babi. Walau kemudian banyak
    dibantah oleh ilmuwan yang
    kontra dengan pendapat pertama
    yang menyatakan bahwa cacing
    pita dapat hancur hanya dengan
    pemanasan sederhana.

    Kini bukti-bukti nyata lainnya
    banyak terungkap oleh para
    ilmuwan yang berpandangan
    objektif semata-mata
    mengungkapkan kebenaran hasil
    penelitiannya. Di mana dilaporkan
    bahwa babi banyak memberikan
    efek negatif bagi sang
    pengonsumsi.

    Selain merupakan daging yang
    mengandung kolesterol tertinggi,
    daging babi juga menjadi
    mediator ‘mujarab’ bagi tempat
    berpindahnya puluhan penyakit
    yang semula ada dalam hewan
    babi untuk kemudian pindah ke
    dalam tubuh manusia.

    Seorang Ilmuwan Jerman bernama
    Dr Murad Hoffman dalam bukunya
    menyatakan bahwa memakan
    daging babi yang terjangkiti
    cacing babi tidak hanya
    berbahaya, tetapi juga dapat
    menyebabkan meningkatnya
    kandungan kolestrol dan
    memperlambat proses penguraian
    protein dalam tubuh, yang
    mengakibatkan kemungkinan
    terserang kanker usus, iritasi kulit,
    eksim, dan rematik.

    Dikutip dari opini Harian Republika
    berjudul "Antisipasi Bakso Babi"
    oleh Cecep Hidayat: Mahasiswa
    Pascasarjana Program Studi INP
    Fakultas Peternakan IPB (sumber:
    Republika.Co.Id )

    Nb: kanker usus/ kolon, bahaya
    penyakit akibat kolesterol seperi
    sakit jantung, stroke, dll muncul
    akibat proses akumulasi paparan
    bahan2 berbahaya selama
    bertahun-tahun, sehingga
    penyakit ini seringkali mulai
    muncul pd usia 30-40 tahun. so,
    lbh baik mencegah dari pd
    mengobati.

    bantu share, yg tdk berkenan mohon
    diabaikan artikel ini...

    {sumber : Konsul dokter}


Tidak ada komentar:

Posting Komentar